Tradisi bukan sekadar ritual kosong. Ia menjadi tali yang mengikat masa kini dengan akar leluhur. Hal itu tampak jelas di Desa Karangmalang, Dukuh Sudimoro, saat warga berkumpul untuk menggelar Khaul Mbah Darmo Ronowongso, tokoh agama yang dihormati sebagai cikal bakal desa.
Hari Ahad, 30 Agustus 2025, pukul 10 pagi, halaman sekitar makam dipenuhi warga dan tamu undangan. Suasana terasa khidmat sejak doa-doa mulai dibacakan. Angin siang berhembus lembut, seakan ikut menemani lantunan doa yang terucap dari hati yang tulus. Kehangatan kebersamaan terlihat dari raut wajah yang larut dalam prosesi sakral.
Salah satu undangan yang hadir adalah MA NU Hasyim Asy’ari 2 Kudus. Para siswa dan guru datang dengan penuh semangat, mengenakan seragam rapi. Antusiasme mereka tampak sejak awal rangkaian acara. Mereka berbaur dengan masyarakat, ikut melantunkan doa, sekaligus belajar menghormati tradisi leluhur yang terus dijaga.
Ziarah ini bukan hanya tentang mengenang Mbah Darmo Ronowongso sebagai tokoh agama. Lebih dari itu, acara ini menjadi media pendidikan moral dan spiritual bagi generasi muda. Nilai-nilai penghormatan, kebersamaan, serta rasa syukur diwariskan melalui pengalaman nyata, bukan sekadar cerita lisan.
Rangkaian acara berlangsung lancar hingga akhir. Masyarakat pulang dengan hati tenteram, membawa pesan bahwa warisan leluhur tetap hidup dalam doa, kebersamaan, dan semangat menjaga tradisi. Bagi banyak orang, momen ini menjadi pengingat: menghormati masa lalu adalah cara terbaik menjaga masa depan.
